Gus Aziz : Museum Islam Nusantara Akan Hadirkan Koleksi Turots Terlengkap se-Jawa

Lasem – Lasem sebagai kota santri yang melahirkan banyak ulama kelas nasional hingga dunia perlu melestarikan sejarahnya dalam satu museum tersendiri. Inilah salah sata faktor gagasan pendirian Museum Islam Nusantara yang berada di kompleks Masjid Jami’ Lasem.

Penggagas Museum Islam Nusantara, Abdul Aziz menyampaikan rencana pengoleksian turots di Museum Islam Nusantara dalam Halaqoh Turots Nusantara, Ahad (20/11/2022) di Pendopo Tejakusuman, Masjid Jami’ Lasem.

 

Penggagas Museum Islam Nusantara sekaligus wakil nazir Masjid Jami’ Lasem, Abdul Aziz mengatakan, pihaknya akan mengabadikan Lasem dalam tiga hal, yaitu narasi, naskah, dan artefak.

“Kami sebagai pengelola Museum Islam Nusantara akan menguraikan sejarah ulama-ulama Lasem dalam tiga bentuk, yaitu narasi, naskah dan artefak,” kata pria yang akrab disapa Gus Aziz ini dalam halaqoh Turots Nusantara, Ahad (20/11/2022) di pendopo Tejakusuman, Masjid Jami’ Lasem, Rembang.

Gus Aziz mengatakan, narasi mencakup penjabaran tentang gelombang sejarah ulama-ulama di Lasem pada awal abad 15, abad 17 dan abad 20. Abad 17 adalah masa Mbah Sambu, dan abad 20 adalah masa hadirnya sosok pendiri-pendiri NU dari Lasem. Antara lain KH Kholil, KH Baidlowi dan KH Ma’shoem.

Sementara terkait naskah, pihak Museum akan menyusun kitab-kitab ulama nusantara secara sistematis. “Nanti akan kami hadirkan pula maktabah turots yang paling lengkap, tidak hanya se -Jawa Tengah, tapi juga se-Jawa,” katanya.

Adapun artetak akan dikumpulkan dan diletakkan di museum Islam Nusantara ini.

Narasumber lainnya, Gus Nanal Ainal Fauz Pengasuh Ponpes Manba’us Sa’adah, Gembong Pati mengatakan, jasa ulama Lasem dalam membentuk ulama dunia sangat luar biasa. Ia mengungkapkan, salah satu muassis (pendiri) madrasah di Makkah, yaitu Darul Ulum berasal dari trah Lasem. Yaitu Kyai Abdul Muhaimin (adik KH Baidlowi), dan diteruskan oleh Kyai Masykuri Allasimy.

Terkait turots ini, Gus Nanal yang juga penulis Ats-Tsabat Al-Indunisy ini telah mengoleksi ratusan hingga ribuan kitab karya ulama dan telah menerbitkan ensiklopedia ulama penulis kitab.

KH Adib Bisri Hattani  dari Ponpes Roudlotut Tholibin, Leteh yang juga didapuk sebagai narasumber menekankan, kitab-kitab karya ulama tak hanya sekadar dikoleksi, namun juga penting untuk dipelajari. Turots ini sebenarnya mendorong kita untuk menulis tentang kajian agama. “Namun sayangnya, sudah jarang yang menulis kitab. Apalagi peminat kitab kuning pasca pandemi hampir tidak ada,” kata Gus Adib. — mj