Potensi Pasar Kopi di Rembang Tinggi

Rembang– Komoditas Kopi di Rembang memiliki potensi yang cukup menggiurkan di Rembang. Dalam satu bulannya, disebutkan kebutuhan kopi untuk kota yang berada di pesisir Jawa itu menyentuh 25 ton.

Ika Himawan kabid perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Rembang menjelaskan Rembang memiliki potensi bagus untuk komoditas perkebunan tersebut. Hal ini mengingat banyaknya konsumsi yang ada di Rembang. Namun baginya persediaan belum memenuhi.

“Klaster kopi itu butuh 25 ton kopi perbulan. Ternyata petani rembang tidak mencukupi, jadi ngambilnya di pati. ” Ungkapnya.

Memang secara statistik, lanjut dia, bahwa Dinas Pertanian Rembang belum dapat memperkirakan berapa jumlah produksi dari petani di Rembang sendiri. Akan tetapi ia menegaskan produksi di Rembang sendiri tidak dapat memenuhi.

Banyaknya Kebutuhan ini mengingat banyaknya warung kopi di Rembang yang menjadi penampung kopi yang ada. “Anggotanya ada 400 warung sehingga kebutuhan mencapai 25 ton itu. Sementara kopi Rembang sendiri susah nyarinya. Padahal kopi Rembang harganya sendiri lebih mahal, sekitar 32 ribu perkilo dibanding pati yang hanya 22 ribu perkilo.” Imbuhnya.

Ika menjelaskan banyak kendala yang di rasakan petani di Rembang untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Selain minimnya lahan, juga ada faktor cara perawatan dari petani yang kurang maksimal. Sehingga menimbulkan produktivitas kopi di Rembang tidak maksimal.

“Potensinya bagus, tapi kita lihat dilapangan itu nyaris tanpa perawatan. Jadi tidak di pupuk, tidak di Air i, hanya dibiarkan tumbuh alami aja. Jadi produksinya sangat kurang. Untuk penanganan panennya juga kurang bagus. Jadi nanti kita intensif kan lagi untuk penyuluhan penyuluhan.”

Pembibitan juga menjadi kendala tersendiri bagi petani Rembang. Pasalnya dinas pertanian Rembang sempat mengupayakan penanaman bibit dari area temanggung, namun karena tidak cocok dengan lingkungan sejumlah tanaman gagal produksi.

“Kemarin kendalanya kan kita pernah bantu bibit dari provinsi, tapi ternyata kurang cocok sama kondisi setempat. Seperti bibit dari temanggung itu kan gak cocok bibitnya di Rembang. Kemarin usulnya pakai bibit dari Rembang sendiri. Padahal kalau pembibitan harus punya ijin. Kemarin nanti tahun depan kita usulkan akan ada satu sertifikasi untuk kopi lokal rembang. Agar bisa di pakai oleh rembang sendiri. Tidak lagi didatangkan dari luar, kalau didatangkan dari luar agak susah,” tandasnya. (kid/lut)